Kisah nyata dari penarik becak tua ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Keikhlasan hati membantu orang lain tidak hanya bisa didapat saat kita sudah bergelimang harta. Bahkan dalam keadaan miskin sekalipun, kita bisa membantu orang yang lebih membutuhkan.
Nama pria tua ini adalah Bai Fang Li, dia adalah seorang tukang becak yang tinggal di Tianjin, China. Usianya tidak lagi muda, setiap hari dia menarik becak di kotanya. Pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, bahkan Bai Fang Li termasuk dalam keluarga miskin yang tinggal di gubuk sederhana. Pakaian yang digunakan sangat lusuh, untuk makanpun, Bai Fang Li harus mencari makanan sisa di tempat sampah. Tapi tahukah Anda, penarik becak yang miskin ini telah menyumbang lebih dari $ 53.000 atau sekitar Rp 500 juta untuk anak-anak miskin.
Terinspirasi Oleh Seorang Anak
Menarik becak saat hujan salju sekalipun (c) espiya
Jumlah yang sangat besar bukan? Uang itu bisa saja dipakai Bai Fang Li untuk menghidupi dirinya sendiri, tetapi dia memilih untuk sedikit demi sedikit membantu sebuah yayasan yatim piatu yang mengasuh 300 anak tidak mampu. Saat matahari baru muncul Bai Fang Li sudah menarik becak dan bekerja. Saat malam mulai dingin, dia pulang ke rumah dan menyisihkan penghasilannya sedikit demi sedikit untuk yayasan tersebut. Sebenarnya apa yang membuat Bai Fang Li rela menyerahkan hasil kerja kerasnya pada orang lain yang tidak dia kenal?
Pada tahun 1986, Bai Fang Li melihat seorang anak sekitar 6 tahun yang membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Setelah diberi uang, anak itu tetap saja mencari makan dengan mengumpulkan sisa-sisa makanan dari tempat sampah. Saat Bai Fang Li bertanya mengapa anak itu tidak membeli makanan dari hasil kerjanya, sang anak mengatakan bahwa dia akan memakai uang itu untuk membeli makanan untuk dua adiknya, karena orang tua mereka tidak diketahui keberadaannya.
Sejak saat itu, hati Bai Fang Li terketuk untuk melakukan cara yang sama. Dia selalu menyisihkan penghasilannya yang tidak seberapa untuk disumbangkan.
Kepergiannya Ditangisi Banyak Orang dan Memberi Inspirasi
Proses pemakaman Bai Fang Li (c) espiya
Tahun demi tahun berlalu. Pada tahun 2001, usia Bai Fang Li sudah lebih dari 90 tahun. Tubuh tuanya sudah tidak sanggup lagi bekerja dan menarik becak. Dengan tubuh ringkih, Bai Fang Li menyerahkan sisa uang terakhir yang bisa dia sumbangan pada yayasan. Uang tersebut berjumlah $ 80 atau sekitar Rp 712.000.
Saat itu, Bai Fang Li mengatakan, "Saya sudah terlalu tua dan lemah untuk menarik becak. Saya tidak bisa lagi memberi sumbangan secara rutin. Mungkin ini adalah sumbangan terakhir yang bisa saya berikan," Semua guru dan staf yayasan menangis menerima sumbangan itu. Mereka tahu bahwa bukan hal yang mudah bagi seorang tukang becak setua Bai Fang Li untuk mengumpulkan uang-uang itu. Dari catatan keuangan yayasan, terhitung bahwa sejak pertama kali memberi sumbangan, Bai Fang Li sudah memberi hampir Rp 500 juta untuk yayasan tersebut.
(c) xinhua
Pada tahun 2005, Bai Fang Li menghembuskan napas terakhir karena terserang kanker paru-paru. Semua anak yang pernah dibantu mengantar kepergian pria baik hati ini dengan tangis haru. Kebaikan hati Bai Fang Li menjadi contoh nyata bahwa kemiskinan bukanlah penghalang bagi seseorang untuk berguna bagi orang lain. "Sebuah cinta luar biasa dari sosok yang luar biasa" itulah isi tulisan yang mengiringi kepergian Bai Fang Li.
Satu kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan yang lain. Anak-anak yang dulu dibantu oleh Bai Fang Li dan telah dewasa meneruskan kebaikan hati pria tua itu untuk selalu membantu anak-anak lain yang kekurangan.
***
Itulah sebuah kisah nyata yang bisa menjadi inspirasi kita. Sudahkah Anda membantu orang lain yang kekurangan? Jangan menunggu hingga kaya untuk memberi bantuan atau takut miskin karenanya. Sesungguhnya Tuhan Maha Kaya dan akan memberi rezeki dari sumber tidak terduga jika seseorang memiliki keikhlasan hati untuk membantu orang lain.
Sumber : http://www.vemale.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar